Hadiah Perpisahan Dari Rina
Perpisahan sekolah sudah semakin dekat, aku dan teman-teman berencana berlibur di Pantai Pangandaran. Kami sudah menyewa penginapan yang dekat dengan bibir pantai. Kami semua berpasangan dengan pacarnya. Kita sangat senang dan keliling bersama-sama saat malam hari. Yang mempunyai pacar, jalan-jalan menyusuri suara ombak di pantai.
Terlalu asyik, ada sebagian dari mereka untuk kembali ke penginapan dan ada juga yang bercinta dengan pasangannya masing-masing. Pada malam kedua, teman-temanku melanjutkan dengan mengelilingi di sekitar pantai. Singkat cerita, tinggallah aku dan Rina di penginapan. Aku tanya dia,
“Kenapa kamu tidak ikut keluar?”
Rina menjawab, “Kepalaku lagi pusing nih, jadi agak malas untuk keluar.”
Karena aku sebagai teman kasihan melihat keadaan Rina seperti itu, jadi aku temani dia di kamarnya. Malam itu aku menonton TV kira-kira pukul 7 malam. Karena Rina gerah, dia izin mau mandi. Aku sih cuek saja mendengar perkataan itu, aku masih asyik nonton TV-nya.
Setelah 10 menit, Rina memanggil aku untuk mengambilkan handuknya karena lupa tidak terbawa saat masuk ke kamar mandi. Ya udah, aku bantu dia. Katanya suruh bawa masuk handuknya dan tidak terkunci pintu kamar mandinya. Aku sedikit kaget mendengar perkataan tersebut. Lalu aku masuk dengan mata sedikit tertutup, takutnya nanti dikira ngintip atau gimana.
Aku sungguh gugup dan hatiku berdebar. Dengan perlahan, tangan kananku memberikan handuk kepada Rina, tangan kiriku menutup mataku.
“Ini handuknya, Rina. Taruh mana?” kataku.
“Bawa sini, soalnya tanganku tidak nyampe. Aku lagi di shower. Masuk saja, gapapa kok,” kata Rina.
Mendengar perkataan itu, aku langsung masuk saja.
“Aku taruh sini ya, handuknya di tempat wastafel.”
Karena jaraknya wastafel dan shower hanya tertutup oleh tirai tipis, jadi seakan-akan siluet tubuh Rina terlihat jelas. Sungguh kagetnya lagi saat meletakkan handuk, tangan Rina langsung menyentuh tanganku. Kemudian dia keluar dari tirai tipisnya, terlihat tubuh telanjang Rina masih basah total.
Aku terpesona dengan payudaranya yang besar dan indah itu, kulitnya yang putih dan mulus. Tiba-tiba penisku langsung tegang dan keras. Pemandangan indah pokoknya. Tak lama kemudian, tangan Rina memegang tanganku, menyuruh untuk memegang buah dadanya dan merasakan detak jantungnya.
Dia berkata, “Oh, Jamil. Aku sudah tidak tahan lagi. Usaplah payudaraku ini dan kita main yuk!”
Sebagai cowok normal, aku pasti ereksi. Lalu pelan-pelan tangan kananku memeras payudaranya yang kanan.
“Ya, itu Jamil. Nikmat sekali. Teruskan Jamil!”
Sewaktu tanganku meremas pelan payudaranya, tangan Rina dengan ringan membuka kancing-kancing bajuku. Setelah kancing bajuku terlepas semua, bibirnya yang ranum dan merah merekah itu pelan-pelan mencium dan menjilati dadaku. Lidahnya yang panjang itu terasa nikmat sekali di dadaku.
Lalu dia kubalas dengan tangan kananku yang kuarahkan ke pantatnya yang besar dan bersih, dan tangan kiriku memeluknya yang diteruskan dengan ciumanku yang hot di bibirnya itu. Dia mengerang dan menikmatinya.
Beberapa detik kemudian, tangannya membuka retseleting celanaku dan kemudian melorotkannya. Begitu celana dalamku dibuka, penisku yang sudah ereksi dari tadi langsung meloncat keluar.
Melihat penisku yang sudah membesar dan memanjang, dia langsung membungkukkan badannya dan mulutnya itu dengan pelan mengulum penisku. Terasa nikmat sekali.
“Aah.., Rina.., enak.., terusin!”
Lidahnya itu dengan leluasa menjilati permukaan penisku dan puncaknya, lidahnya diarahkan ke pucuk penisku. Setelah berselang beberapa detik, giginya itu langsung menggigit penisku dan langsung mengocoknya.
Setelah setengah jam kita melakukan foreplay di kamar mandi, ternyata dia masih belum puas juga.
“Jamil, yuk kita lanjutin di tempat tidur! Aku pengin lebih hot lagi.”
Dengan perlahan, aku angkat dia dalam keadaan sama-sama telanjang bulat. Setelah sampai di pinggir tempat tidur, pelan-pelan aku taruh badannya di atas tempat tidur. Masih dalam keadaan membungkuk, aku ciumi bibirnya dan aku jilat payudaranya yang semakin membesar itu.
“Oyaa, terusin Jamil, terusin.”
Mendengar omongannya, aku jadi semakin buas menikmati tubuhnya. Aku rebahkan badannya menjadi dalam keadaan telentang, susunya yang membesar terlihat bagai Gunung Bromo yang menjulang tinggi.
Payudaranya itu langsung kuserbu dengan jilatan lidahku. Setelah itu, mulutku diarahkan ke arah selangkangannya. Terlihat bulu vaginanya lebat bak hutan perawan yang masih belum terjamah.
Rina dengan asyik, tanganku mengobrak-abrik bulu vaginanya dan terlihatlah dinding daging tipis alias vaginanya. Langsung kujilati vaginanya dengan buas, dan Rina langsung menjerit kenikmatan sambil mengerang dan berkata:
“Terusin Jamil, terusin. Masukin lidahmu itu ke ‘dompet’ku.”
Anehnya, vaginanya yang rata-rata orang bilang vagina cewek itu biasanya kebanyakan bau tak sedap, tapi vagina Rina terasa harum dan nikmat. Baunya yang justru harum itu membuat aku makin terangsang lagi untuk lebih lama menikmati vaginanya.
Sambil menciumi vaginanya, kedua tanganku juga meraba kedua belah payudaranya. Rina hanya mengerang lagi dan memegang kedua tanganku dengan erat.
Setelah setengah jam aku terus begitu, akhirnya Rina minta posisinya diganti ke atas. Aku turuti deh, masa aku terus yang gerilya? Aku langsung pindah jadi di bawah dan Rina di atas.
Sebelum mulai aksinya, Rina pertama-tama meremas sendiri kedua payudaranya dan mimik wajahnya itu yang membuatku tambah syuur. Setelah meremas-remas sendiri kedua payudaranya, dia langsung memulai aksinya dengan mencium dan menjilati bibirku sambil tangannya meremas-remas dadaku yang agak bidang dan meraba-raba puting susuku.
Bibirnya benar-benar fantastik, terasa nikmat dan pokoknya tidak bisa aku uraikan dengan kata-kata. Puas dengan menciumi dan menjilati bibirku, perhatiannya mengarah pelan-pelan ke bawah.
Pertama-tama dia menciumi dan menjilati leherku dan kadang-kadang menggigit leherku, serasa benar-benar nikmat.
Sambil menikmati leherku, tangan kanannya berpindah posisi menjadi di penisku. Dengan enaknya dia mengocok penisku, ke atas.., ke bawah.., ke atas.. dan seterusnya. Kocokannya benar-benar membuat mataku merem melek.
Kemudian setelah menciumi, menjilati dan menggigit leherku, matanya tertuju ke dadaku. Lidahnya langsung menjilati puting susuku. Tapi dia cuma sebentar menjilati puting susuku, perhatiannya langsung tertuju ke penisku yang sudah besar dari tadi.
Bibirnya langsung menjilat penisku, terasa nikmat sekali. Lidahnya itu yang membuatku puas sekali, dengan pelan-pelan lidahnya menjilati penisku sambil tangannya yang kecil itu terus mengocoknya.
“Aach Rina.., Nikmat sekali Ohh.”
Selang beberapa menit kemudian, sewaktu dia masih mengocok penisku, terasa ada sesuatu yang hangat mengalir dari penisku dan serasa hendak meletus keluar. Aku bilangin ke Rina:
“Awas, aku mau keluar. Tahan dulu kocokanmu. Jangan sampai spermaku keluar, aku masih pengin nerusin!!”
Tapi dengan cuek dia malah bertambah giat dan keras mengocok penisku sambil lidahnya menjilati pucuk penisku.
Beberapa menit kemudian, keluarlah cairan kenikmatan yang berwarna putih yang disebut sperma. Dan spermaku mengenai mulutnya dan ada sebagian yang sengaja dijilat dan ditelan Rina.
Terasa nikmat sekali! Rina terus menjilati sisa-sisa sperma yang keluar dari penisku. Sementara Rina masih sibuk dengan penisku, aku istirahat sejenak dalam kenikmatan yang tiada taranya.
Sewaktu aku masih istirahat, terasa Rina masih sibuk dengan penisku. Karena aku kasihan Rina belum mencapai orgasme, langsung saja aku bangun dan meneruskan aksi.
Aku suruh Rina pindah posisi jadi di bawah, langsung dia turuti. Sejenak sebelum memasukkan penisku, aku kocok sebentar penisku agar membesar dan Rina membantuku dengan ikut mengocoknya.
Selang beberapa detik kemudian, penisku langsung berdiri lagi dan langsung aku masukkan ke vaginanya. Rina langsung teriak dan mengerang kenikmatan, “Aacchh.”
Tapi terasa posisiku kurang nikmat, aku cabut lagi penisku dan aku taruh bantal di atas pantat Rina supaya penisku terasa nikmat masuk di vaginanya.
Begitu aku masukin penisku dalam-dalam, terasa vaginanya hangat dan sudah penuh cairan yang membuat penetrasi penisku terasa nikmat dan licin. Ini pertanda Rina sudah mengalami orgasme sebelum aku masukin penisku.
Penisku, aku tarik pelan-pelan, masukin lagi pelan-pelan dan demikian seterusnya. Rina lagi-lagi berteriak kecil dan mengerang.
Aku biarin Rina berteriak dan mengerang, aku terusin aksiku dengan membuat variasi seperti menggoyang pinggulku.
Selang 45 menit aku meneruskan aksiku, Rina pelan-pelan berbisik:
“Jamil, aku sudah tidak kuat lagi.., aku sudah pengin keluar.., Cairan spermaku sudah mau keluar!”
Ternyata benar juga, beberapa detik kemudian di penisku terasa ada banyak cairan yang menyelimuti. Aku biarkan penisku di dalam vagina Rina selama beberapa menit selama Rina orgasme.
Sebab aku baca, cewek senang kalau sewaktu dia orgasme, penis cowoknya berada dalam-dalam di vaginanya. Dan benar juga kata buku, Rina terlihat sangat puas.
Begitu dia selesai orgasme, beberapa menit kemudian selama penisku masih di dalam, terasa spermaku masih mau keluar. Buru-buru aku cabut penisku dari vagina Rina dan Rina langsung menyambutnya dengan kuluman yang hebat sekali.
Sekali lagi spermaku langsung tumpah ke arah muka Rina, sekeliling bibirnya langsung dipenuhi dengan spermaku yang ternyata banyak sekali.
Sebagian cairan putih itu masuk ke mulutnya dan sebagian ada yang tumpah ke payudaranya dan ke sprei.
Rina memintaku untuk menjilat spermaku yang tumpah ke payudaranya dan aku turuti. Lidahku menyapu sisa-sisa spermaku di payudaranya dan Rina terlihat benar-benar menikmatinya.
Setelah puas, aku dan dia langsung lemas dan langsung tidur sambil dalam keadaan polos sampai pagi (tanpa berselimut).
Pagi-paginya dia sudah bangun dan nonton TV masih dalam keadaan telanjang. Langsung tubuhnya yang indah itu aku tutupi dengan jaketku supaya tidak masuk angin. Dia menolak sambil berbisik:
“Jamil, lu hebat sekali tadi malam. Baru lu cowok yang bisa puasin aku. Cowok yang lain yang pernah nidurin aku terasa hambar. Aku pengin lagi Jamil. Aku pengin pagi dan malam selanjutnya kita terus bertelanjang bugil dan main terus. Kita cek out saja dari penginapan ini. Kita bilang ke anak-anak kalau kita ada urusan lain dan harus cepat pulang ke Bandung. Terus kita cek in ke hotel lain.”
Ternyata aku lebih gila daripada dia, aku terima saja.
Beberapa jam kemudian teman-temanku datang, aku langsung pamit mau pulang sama Rina. Mereka percaya saja. Langsung deh kita cabut dan cek in di penginapan yang jauh dari mereka.
Dan pengalaman itu diteruskan di hotel yang baru, siang malam aku dan Rina mengadakan pesta seks tanpa istirahat. Kecuali buat makan dan minum.
Setiap kali setelah bersetubuh, aku dan Rina merasakan kenikmatan yang tiada tara.